Bicara tentang Institut Teknologi Bandung (ITB), rasanya hal tersebut akan selalu berbanding lurus dengan teknologi dan sesuatu yang inovatif. Banyak terobosan yang dibuat yang kemudian menjadi cetak biru atau menjadi rujukan bagi kampus lainnya. Seakan mengamini dan menangkap semangat berinovasi yang sama, ITB Press menginisiasi lahirnya layanan ITB Press Mobile Store. ITB Press Mobile Store merupakan sebuah inovasi bergerak yang memadukan dua elemen penting: kendaraan berupa mobil dan kemudahan akses terhadap buku-buku dan merchandise kampus Institut Teknologi Bandung (ITB). Didesain khusus untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa dan mahasiswi ITB maupun kalangan umum, ITB Press Mobile Store hadir sebagai solusi untuk mempermudah akses terhadap produk-produk berkualitas yang relevan dengan kebutuhan akademik dan identitas kampus.
Dalam rangka memperkenalkan ITB Press Mobile Store, ITB Press menggelar acara launching ITB Press Mobile Store, pada hari Kamis, 22 Februari 2024, bertempat di lapangan parkir GSG kampus ITB Jatinangor. Gelaran ini makin bertambah menarik karena menghadirkan juga beberapa penampil untuk memeriahkan acara. Tiga entitas yang didaulat tampil pada hari itu adalah Imam Kelana, Masmidas (Proyek terbaru musisi Dimas Wijaksana), serta The Panasdalam Bank. Selain itu hadir pula Ilham Pinastiko (founder Pala Nusantara), Agustina Gusti Legoh (dosen FSRD ITB), Bang Aswi (penulis/blogger), serta Hadi Muliananda (founder media folkbdg). Ke empat orang itu hadir mengisi sesi talk show yang dibagi menjadi dua sesi.
Menarik melihat antusiasme mahasiswa/i ITB maupun beberapa anak SMA yang sedang ada acara kunjungan di ITB Jatinangor siang itu. Diantaranya cukup banyak juga yang membeli beberapa produk ITB Press seperti kaus, jaket, bahkan yang cukup banyak menarik minat pembeli adalah pernak pernik boneka ROGA alias Robot Gajah (atau bisa juga Robot Ganesha), di mana kata robot merupakan representasi dari teknologi, sedangkan gajah merupakan representasi dari logo ITB.
Talk show sesi pertama menghadirkan Ilham Pinastiko yang bicara soal dunia/industri kreatif dari kacamata beliau sebagai alumni seni rupa ITB dan founder Pala Nusantara. Sedangkan tiga pembicara lainnya bicara tentang Bandung dari tiga sudut pandang berbeda. Ada Bang Aswi yang bicara Bandung dari sudut pandang tempo dulu, berdasarkan buku “Bandung, Citra Sebuah Kota” karya Robert Paul George Alexander Voskuil, lalu ada Hadi Muliananda yang bicara soal Bandung ‘hari ini’ lewat kacamata dia sebagai content creator dan pelaku media yang secara konsisten mengangkat soal Bandung di akun @folkbdg, juga ada Agustina Gusti Legoh yang bicara soal Bandung dan citranya yang erat dengan julukan ‘kota kreatif’.
Acara dimulai pukul 13.30 di mana MC Wismubono membukanya dengan sesi mini games yang melibatkan beberapa orang mahasiswa ITB Jatinangor. Bono memberikan tantangan kepada peserta games untuk membuka tasnya masing-masing dan mengeluarkan isi di dalamnya. Yang terbanyak membawa barang dalam tasnya, maka dialah pemenangnya.
Selesai sesi mini games, acara beranjak pada sesi sambutan dari Bapak Anton Wiguna dari Humas Kasubdit Sumerdaya ITB, serta Bapak Yuda A. Setiadi dari Kadiv Marketing ITB Press. Usai memberi sambutan Bapak Anton didaulat untuk gunting pita sebagai tanda peresmian launching ITB Press Mobile Store.
Selesai acara gunting pita, MC Bono kemudian bersiap untuk menghadirkan Imam Kelana untuk tampil. Penyanyi yang namanya mulai muncul ke permukaan berkat lagu “Musim Biru Terindah” ini tampil sekitar 30 menit dan membawakan lagu hitsnya seperti “Puan”, “Anyelir”, “Aku Hanya Ingin”, “Perahu Lilin”, serta “Hari Ini”.
Setelah selesai dengan penampilan Imam kelana, acara beranjak pada sesi talk show yang menghadirkan Ilham Pinastiko (founder Pala Nusantara) sebagai pembicara. Kang Ilham menuturkan tentang awal mula berdirinya Pala Nusantara, latar belakangnya sebagai lulusan seni rupa ITB, serta pandangannya akan industri kreatif di Bandung khususnya/Indonesia secara umum. Banyak poin menarik dari sesi talk show ini seperti tentang alasan Pak Ilham memilih material kayu dalam produk-produknya, hingga penuturan beliau tentang kekayaan nusantara yang diwakili lewat cerita-cerita budaya yang melatari beliau melahirkan produk-produk jam tangan Pala Nusantara.
Lebih kurang 20 menit berbincang tentang kreativitas dari sudut pandang Pak Ilham, acara kemudian beranjak pada sambutan dari Bapak Prasetyo Adhitama dari Direktorat Kemahasiswaan ITB, serta dari Komisaris ITB Press, Bapak Edi Wahyu Sri Mulyono. Keduanya menekankan tentang sinergi yang akan dibangun antara ITB Press dengan ITB Jatinangor ke depan lewat layanan ITB Press Mobile Store ini. Setelah itu, acara dihentikan sejenak untuk break shalat Ashar.
Selesai break shalat Ashar, acara dilanjutkan dengan penampilan dari Masmidas. Musisi yang juga menggawangi tiga grup musik berbeda, dari mulai Mr Sonjaya, Bendi Harmoni, serta Syarikat Idola Remaja, kali ini memberanikan diri tampil solo dengan moniker atau entitas bernama Masmidas. Menarik untuk dicatat ketika pada penampilannya sore itu Dimas mengenakan kaus yang dibuat secara khusus sebagai produk kolaborasi antara Masmidas dan ITB Press. Rencananya produk itu akan dirilis berbarengan dengan kumpulan buku puisinya, yang juga melibatkan nama Arul dari Mural Bandung sebagai ilustratornya.
Setengah jam tampil membawakan lagu-lagu terpilihnya seperti “Sang Filsuf”, “Marah”, “Jika Tetap Tepat Berlabuh”, hingga “Dendang kemerdekaan”, Masmidas kemudian menutup penampilannya dengan lagu berjudul “Kotaku”. Lagu ini terasa istimewa karena mengetengahkan soal Bandung sebagai tema utamanya. Satu hal yang kemudian berbanding lurus dengan tema talk show sesi kedua bersama Bang Aswi, Hadi Muliananda (Folkbdg), serta Pak Agustina Gusti Legoh (dosen FSRD ITB).
Ketiganya terlibat obrolan santai yang membahas soal Bandung dari kacamata atau sudut pandang mereka masing-masing. Menarik untuk dicatat ketika pemaparan Bang Aswi soal sejarah Bandung kemudian dikomparasikan dengan Bandung ‘hari ini’ lewat penuturan Hadi Muliananda dari media Folkbdg, hingga kemudian nilai-nilai esensial dan estetika kota kembang ini direspon dari sudut pandang Pak Agustina Gusti Legoh yang merupakan seorang dosen FSRD ITB.
Selesai sesi talk show cuaca di lapangan parkir GSG Kampus ITB Jatinangor kurang bersahabat, dan beberapa menit setelah sesi talk show pun turun hujan, hingga mengharuskan acara terhenti. Melalui berbagai pertimbangan dari pihak penyelenggara, dengan berat hati acara harus dihentikan. Menariknya, The Panasdalam Bank yang belum tampil punya cara unik untuk menghibur penonton yang hadir. Grup musik yang terkenal dengan hits berjudul “Sudah Jangan ke Jatinangor” ini menggelar ‘konser darurat’ di pelataran parkir lantai dua yang didesain dalam ruangan, hingga terbebas dari hujan. Dengan semua keterbatasan yang ada, tidak menghalangi The Panasdalam Bank menghibur para penikmat karyanya. Bahkan ada salah satu penonton datang langsung dari Kota Garut demi menyaksikan penampilan The Panasdalam. Dengan menyajikan setlist yang jarang dibawakan di panggung, The Panasdalam Bank sukses mengajak penonton penyanyi bersama dalam suasana intim dan menyenangkan.
Text: Wenky Wiradi
Foto: Ardy Fauzi Ridwan