Hari Minggu, 11 Februari 2024 bertempat di Aula lantai 5 Bandung Creative Hub (BCH), Workashopa & ITB Press menggelar acara bertajuk “Porto-Fest”. Gelaran yang mengupas tuntas Fakultas Seni Rupa dan Desain, mulai dari persyaratan masuk, perkuliahan, hingga jenjang karir di dunia seni rupa ini mengetengahkan talkshow interaktif, pematerian teknik menjawab soal & praktik gambar naratif, hingga diskusi & review karya gambar naratif.
Acara ini sendiri menghadirkan Alga Indria dan Erwin Windarsyah a.k.a Erwin Koboi Banjaran sebagai pemateri. Dua orang vokalis band The Panasdalam Bank ini merupakan alumni dari FSRD ITB yang bergerak di bidang industri kreatif & kesenimanan, juga telah berpengalaman mengajar & membimbing calon mahasiswa FSRD selama lebih dari 20 tahun.
Acara dibuka pukul 10 pagi dengan menghadirkan Arul sebagai perwakilan dari Workashopa. Pada sesi itu Arul menjelaskan tentang lanskap studi seni rupa, hingga para peserta dapat lebih mengenal FSRD dan ‘kawan-kawannya’. Selain itu, menarik untuk digaris bawahi tentang bagaimana FSRD diaplikasikan/diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, selain dari institusi tempat kita mempelajari seni rupa & desain, mulai dari teori, praktik, hingga teknik yang mendukung untuk kita lebih cakap dalam mengaplikasikan seni rupa di banyak media. Dalam konteks acara Porto-Fest ini, Arul juga menjelaskan tentang seluk beluk jalur masuk FSRD dengan mengutamakan portofolio sebagai kunci ketika kita mengikuti SNBP (Seleksi Nasional Berbasis Prestasi) atau pun SNBT (Seleksi Nasional Berbasis Tes).
Sejalan dengan itu, untuk ‘membekali’ peserta yang hendak mengikuti SNBP atau pun SNBT, Pak Alga & Pak Erwin memberikan soal menggambar suasana kepada para peserta. Para peserta diminta menggambar suasana dengan narasi seperti ini: “saya beserta tim saya menghadapi lawan yang cukup tangguh. Tetapi saya yakin dengan usaha dan latihan yang kami lakukan, kami bisa memenangkan kompetisi olahraga ini”.
Setelah peserta mengerjakan tugasnya, giliran Pak Erwin yang didaulat untuk workshop singkat menggambar suasana secara langsung, hingga peserta dapat memahami aspek apa saja yang perlu diperhatikan ketika menggambar suasana.
Menebalkan apa yang dijelaskan Pak Erwin lewat workshop menggambarnya, Pak Alga juga memberikan tips menjawab soal gambar tersebut dengan menggaris bawahi tentang pentingnya sebuah gambar yang ‘selesai’. Kata ‘selesai’ disini berbanding lurus dengan kecakapan peserta menggambarkan detil gambar yang sesuai dengan soal. Hal tersebut berbanding lurus dengan kemampuan mengolah ide (kognitif), kreativitas, estetika, penguasaan teknik, hingga penerapan 5W 1H sebagai bagian dari metode menggambar suasana. Para peserta menyambut antusias paparan dari Pak Erwin dan Pak Alga, hingga hal tersebut diwarnai pula sesi tanya jawab dan diskusi seru, serta review gambar dari Pak Erwin dan Pak Alga.
Ditemui disela-sela istirahat makan siang, Pak Erwin menuturkan jika gelaran Porto Fest ini dibuat untuk melihat sejauh kemampuan para siswa yang hendak masuk FSRD, apakah mereka disitu ada kreativitas yang mendukung untuk masuk ke FSRD atau ngga.
“Dengan test spontan tadi sebenarnya kelihatan ada beberapa siswa yang punya potensi untuk melanjutkan ke jenjang tes masuk ke FSRD. Di acara ini kita menekankan juga untuk mengembangkan ide, kreativitas, juga originalitas lainnya. Ya harapannya si mereka jadi tahu gambaran untuk mengerjakan soal-soal pas nanti tes masuk FSRD. Namun lepas dari itu, sebenarnya kita ingin mereka jadi punya semangat untuk terus belajar tentang kreativitas dan mengembangkan ide dalam hal-hal seni rupa, di mana itu nantinya akan dikembangkan jadi design atau hal lainnya dalam kehidupan sehari-hari”, ujar Pak Erwin.
Melanjutkan sesi berikutnya Pak Erwin dan Pak Alga memberikan soal gambar naratif tentang suasana pasar malam dan kuliner khas di suatu daerah. Para peserta diberi waktu 100 menit untuk mengerjakan soal gambar tersebut, hingga nantinya gambar itu direviu oleh Pak Alga dan Pak Erwin. Ada beberapa orang yang gambarnya menarik untuk dijadikan bahan diskusi dan diberi masukan tentang hal-hal apa saja yang baiknya dijadikan poin penting di gambar tersebut. Salah satunya seperti yang dituturkan Pak Alga tentang tips membuat gambar perspectif. Sesi ini menjadi menarik karena para peserta menggambar suasana pasar malam dengan perspectif masing-masing, dari mulai suasana pasar malam di Korea Selatan, hingga suasana pasar malam di dunia ‘hantu’. Menarik pula untuk digaris bawahi tentang kecakapan mereka dalam menturkan narasi yang masuk logika, tanpa mengesampingkan kebebasan dalam berekspresi.
Selesai mengerjakan soal gambar naratif, acara berlanjut pada sesi tanya jawab, di mana para peserta yang berhasil menjawab soal yang diajukan Pak Erwin & Pak Alga mendapat merchandise dari ITB Press.
Ditemui setelah selesai acara, salah satu peserta bernama Mayang menuturkan jika gelaran ini menjadi satu hal yang bermanfaat baginya yang ingin belajar banyak tentang seni rupa.
“Event ini mendidik banget sih buat aku yang pengen belajar lebih dalam tentang gambar, juga tentang bagaimana membuat portofolio baiknya gimana. Terus, di event ini aku paling suka pas sesi membuat gambar suasana, karena tips-tips yang diberikan tadi itu membantu banget buat aku”, ujar Mayang.
Sedangkan peserta lainnya yang bernama Nadira menuturkan jika acara ini membantunya lebih mengenal FSRD. Diakui pula olehnya jika tips-tips yang diberikan sangat membantu untuk dia lebih matang dalam mempersiapkan diri untuk menghadapi jenjang kuliah. “Buat aku yang paling menarik di acara ini pas diberikan tips menggambar teknis sama kemungkinan presentasi untuk lolos ke perguruan tinggi”, ujar Nadira.