Seorang penulis asal Amerika, Christopher Moore pernah memberikan kutipan menarik tentang anak-anak. Menurutnya, anak-anak melihat keajaiban karena mereka mencarinya. Ketika menemukannya, hal tersebut akan menjadi pertama kalinya untuk si anak. Pertama kali dia bisa merasakan serunya naik sepeda, pertama kali dia menemukan keajaiban ketika naik wahana permainan, atau pertama kalinya dia melihat keajaiban dunia lewat gawai pintar.
Menggaris bawahi tentang keajaiban dunia lewat gawai pintar, hal tersebut rasanya tidak bisa dipisahkan dalam keseharian kita pada era digital ini. Dunia digital bisa memberikan ‘keajaiban’ apapun yang anak-anak cari. Tapi tentunya, sebagai orang tua hendaknya perlu mendampingi anak-anak memilih konten yang sesuai dengan usianya.
Sejalan dengan hal tersebut, Litara, sebagai entitas yang punya kepedulian terhadap anak-anak mengadakan gelar wicara tentang peringatan Hari Anak Nasional, yang mana pada tahun ini mengangkat tema “Anak Terlindungi, Indonesia Maju”, yang dicanangkan oleh Kemen PPPA (Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak). Bertempat di ITB Press Store, Jl. Ganesha no 15E (Gedung STP ITB), Bandung pada hari Minggu, 28 Juli 2024, acara ini diselenggarakan Yayasan Litara bekerja sama dengan PT. Litara Bhakti Semesta, ITB Press, dan Zonaaktivitas. Ada nama nama seperti Ibu Anna Farida (Direktur Program Yayasan Litara), Ibu Eva Nukman (Direktur Operasional dan Pengembangan Produk), serta Ibu Haniefah Noor Esa (Pendiri Zonaaktivitas) yang hadir sebagai narasumber dan berbagi wawasan dengan peserta.
Acara dimulai dengan mengetengahkan pembahasan tentang bagaimana mengoptimalkan media digital sebagai sumber inspirasi pengasuhan, bagaimana mendampingi anak sebagai pengguna dan kreator konten digital, serta bagaimana kontribusi Litara dalam mengembangkan kecakapan literasi digital anak. Menariknya, tidak hanya orang tua saja yang bisa terlibat dalam keseruan acara ini, tapi juga si kecil turut hadir dan bermain bersama Litara melalui buku dan media digital.
Pada sesi gelar wicara bersama para orang tua, para pembicara yang terdiri dari Ibu Anna Farida, Ibu Haniefa Noor Esa, serta Ibu Eva Nukman membahas tentang kapan sebaiknya anak diberikan akses ke gawai berinternet, lalu tentang bagaimana cara mengurangi anak yang sudah kecanduan bermain ponsel, serta tentang bagaimana cara memberi anak pemahaman tentang pemberian akses internet. Apakah bebas atau terbatas? Dengan memahami sisi positif dan negatifnya, teknologi informasi tetap dapat menjadi salah satu sarana mendukung tumbuh kembang anak. Tentu, pemilihan, penggunaan, dan pendampingan harus dilakukan secara tepat.
Selain gelar wicara untuk orang tua, Yayasan Litara juga mengajak anak-anak bermain dan belajar bersama dengan berbagai media digital. Ditemui disela-sela acara, Kak Larisa, salah satu orang yang berperan aktif di Litara menuturkan jika acara ini digelar dalam rangka memeriahkan hari anak nasional, di mana pada pembahasannya mengangkat tema utama sesuai dengan yang dicanangkan oleh Kemen PPA, yaitu Anak Terlindungi Indonesia Maju. Lanjut menurut Kak Larisa, salah satu subtema dari itu adalah tentang pengasuhan layak melalui media digital.
“Jadi di sini Litara membuat acara yang terbagi khusus orang dewasa dan juga anak. Untuk orang dewasa ini berbentuk gelar wicara dengan tema media digital untuk anak, distrupsi atau inovasi. Di sini kita membahas sebenernya media digital ini tuh sudah tidak bisa dihindari dan bagaimana cara para orang dewasa dan para pendamping anak untuk mengarahkan dan mendampingi anak-anak agar bisa memanfaatkan media digital dengan sehat seperti itu. Lalu untuk anak-anaknya sendiri, karena menurut kami media digital sudah bukan hal yang negatif, ini bisa kita mainkan dalam pengawasan. Makanya pada sesi ini, anak-anak kami arahkan untuk belajar menggunakan media digital, menggunakan aplikasi sekolah Enuma, Toddler Games dan juga Marble Science”, ujar Kak Larisa.
Lalu tentang literasi digital sendiri menurut Kak Larisa, Litara juga turut berkontribusi dalam mengembangkan literasi digital. Salah satunya Litara sudah terlibat dalam pengembangan beberapa buku yang diterbitkan melalui perpustakaan digital seperti literasi cloud, Let’s Read, laman OJK, laman inovasi dan juga laman lainnya. Jadi terkait perpustakaan digital yang tadi, Litara turut ikut mengembangkan dalam pembuatan bukunya tersebut. Di sisi lain juga Litara mengimplementasikan literasi berbasis digital di Kalimantan Utara menggunakan sekolah Enuma Indonesia.
Semoga acara semacam ini bisa terus diadakan agar anak-anak bisa terus mendapatkan asupan bergizi tentang banyak hal berguna bagi masa depannya. Dalam konteks dunia digital, rasanya kita perlu bergandengan dengan zaman yang mengharuskan kita melek teknologi, termasuk semua hal positif yang bisa kita dapatkan di dunia digital.